Belum Bersinar

 


Kala resah-resahnya, aku mencari jalan keluar dari sini. Kepala ku sendiri. 

Keampuhan tidur yang lama, agaknya mulai kehilangan kekuatannya. 

Kini resah, lebih sering paksa masuk ke dalam mimpi. 


Aku, takut. 


Langit sore jadi tempat utama melempar lamunan kacau. 

Apa jadinya jika aku, menyerah? 

Tidak ada waktu lagi untuk bertanya, 

tidak ada waktu lagi untuk memilih, 

semua hanya tertuju pada satu jalan

Maju lalu terjunlah se-bebas-bebasnya. 

Lalu akan seperti apa keadaan di dasar jurang? 

Apa akan patah tulang atau bahkan mati tenggelam. 


Tidak.

Tahu. 


Aku kira, pasti ada satu dua hal yg bisa ku bawa bersama menuju kesana. 

Nyatanya tidak. Sama sekali. 

Bodoh, sempat berharap akan ada yg tulus membantu. 


Memaksa penuh untuk memaafkan semua hal, 

Paksa terus untuk terus mencari alasan pada tiap hal yg mengecewakan. 

Mungkin, mungkin, mungkin, 

Oke, tidak apa-apa


Jatuh bangun, mencari titik balik, 

mencari kesadaran, mencari jalan untuk selalu tetap tenang. 

Bahwa, semua ini belum ada apa-apanya. 

Bahkan mungkin, ini semua belum dimulai. 


Setidaknya, kini aku punya alasan

untuk tidak mati muda. 


Banyak sekali, hal yang harus aku tebus, 

Harga diri yg harus aku angkat kembali ke permukaan, 

Ketenangan orangtua yg sempat hilang, 

juga kesalahan demi kesalahan yg harus diperbaiki. 


Ini pelajaran, 

Mati enggan, hidup harus mau. 


May God Blessing Us



Sehat dan Bahagia Selalu! 



Komentar

  1. pikir memikir berpikir rusuh mengisi dalam kepala
    gelap terang kilat cahaya mengganggu mata
    hiruk pikuk suara berisik mengaung di telinga
    bau harum wangi menyengat hidung
    kasar halus lengket licin yang disentuh kulit
    pahit manis asam asin menjajaki lidah
    keras lembutnya jalan yang kau lalui

    diriku hanya ingin selalu mengingatkan:

    "hidup itu anugerah"

    "anugerah patut untuk disyukuri"

    "bangkit, tatap, hadapi!!!"

    "senyum? keharusan (titik)"

    "VENI, VIDI, VICI"

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer