Self Enemy
Raja terakhir nyatanya adalah diri sendiri
Menurut buku yang kubaca,
Tidak efektif sekali mengutuki diri ataupun keadaan yang ternyata sudah begitu jalannya
Kenapa hidupku sial sekali (?),
kenapa hidupku sedih sekali (?)
kenapa aku,
Ah tidak akan ada habisnya.
Energi kita terbatas,
lantas mengapa masih saja memilih terjebak sendu dalam waktu yang lama?
Kenapa tidak memulai membenahi sesuatu yang sekiranya membuat gusar?
Cari akarnya, temukan solusinya.
Memang tidak semudah mata berkedip,
Disini mungkin ketenangan dan kesabaran kita akan diuji.
Tapi perbaikan 1% per hari lebih baik daripada tidak sama sekali.
Kecil pun hasil juga.
Ya, raja terakhir adalah diri sendiri.
Orang lain bukan lawan,
Orang lain bukan saingan.
Hidup adalah kompetisi yang anggotanya adalah diri sendiri.
Lawan kita adalah kita yg kemarin.
Akankah kita bisa, melewati kemampuan diri yg kemarin?
Akankah kita bisa, lebih baik dari diri yang kemarin?
Akankan kita bisa, merasa lebih bahagia dari diri yang bersedih kemarin?
Itulah mengapa kalimat "Hidup orang kan beda-beda" tercipta.
Ibaratnya, isi bekal sarapan tiap orang berisi menu berbeda yang harus dihabiskan.
Kita cukup fokus untuk bagaimana menghabiskan dan menikmati makanan yang kita punya tanpa melirik bekal sarapan orang lain yang membuat kita malah fokus pada apa yang mereka makan.
Jangan sampai akhirnya kita masih lapar ketika orang lain sudah kenyang.
Keadaan dan peristiwa yang menimpa kita sekarang, bukanlah sebuah kutukan yang harus ditangisi apalagi disesali.
Jalani dan nikmati saja, cari makna dan cara bagaimana akhirnya kita bisa memanfaatkan keadaan yang minimalis ini dengan sebaik mungkin.
Anggaplah ini adalah sebuah permainan. Dengan mode sulit.
Lantas bagaimana kalau gagal?
Sedih dan bahagia adalah pilihan kita sendiri.
Jalan keluar terbaik dari gagal bukan menyerah sambil menangis.
Ingat, tidak efektif sekali mengutuki diri ataupun keadaan yang ternyata sudah begitu jalannya.
Dan ya,
Selagi ada tuhan di hatimu, apapun kondisinya kau tidak akan kehilangan petunjuk arah.
Tenang saja.
Salam hangat
Ditya
Komentar
Posting Komentar